Kapita Selekta Praktek Kerja Lapangan (PKL) Manajemen Intervensi Gizi Masyarakat (MIGM) Poltekkes Kemenkes Makassar

Praktek Kerja Lapangan (PKL) menjadi salah satu pengalaman penting bagi mahasiswa program studi DIII Gizi. Tahun 2025 ini, mahasiswa dari Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar berkesempatan untuk terjun langsung ke lapangan melalui program PKL di Puskesmas. Sebelum terjun ke lokasi, mahasiswa akan mengikuti Kapita Selekta PKL pada tanggal 7 Januari 2025, sebagai bagian dari persiapan untuk memahami teknis pelaksanaan di lapangan.

Kapita Selekta ini bertujuan memberikan pengenalan awal terkait tugas, tanggung jawab, serta fokus kegiatan yang akan dilaksanakan selama PKL. Dengan adanya sesi ini, mahasiswa diharapkan lebih siap baik secara mental maupun teknis dalam menjalani program lapangan.

Mengapa PKL di Puskesmas Penting?

Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan di masyarakat. Dalam konteks gizi, puskesmas memiliki peran vital dalam mengatasi masalah seperti:

  • Gizi buruk pada balita
  • Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada wanita usia subur dan ibu hamil
  • Anemia pada anak sekolah dan ibu hamil

Melalui PKL, mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga mengasah kemampuan dalam melakukan manajemen intervensi gizi, seperti penapisan masalah, perencanaan program, hingga evaluasi pelaksanaan.

Tujuan PKL: Mengembangkan Kompetensi Ahli Madya Gizi

PKL bertujuan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengelola program gizi di puskesmas. Adapun tujuan khususnya mencakup:

  1. Memahami struktur organisasi dan tugas ketenagaan di puskesmas.
  2. Mengidentifikasi masalah gizi di wilayah kerja puskesmas.
  3. Melakukan kajian dan evaluasi program penanggulangan masalah gizi.
  4. Mengaplikasikan intervensi langsung, khususnya pada kelompok balita dengan gizi buruk.

Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Program ini berlangsung dari tanggal 13 Januari hingga 1 Februari 2025. Sebanyak 54 mahasiswa ditempatkan di berbagai puskesmas di Makassar, termasuk Puskesmas Sudiang, Puskesmas Tamalanrea, dan Puskesmas Antang.

Sistem Penilaian PKL

Mahasiswa dinilai berdasarkan beberapa aspek, yaitu:

  • Sikap (20%): mencakup disiplin, tanggung jawab, dan kerja sama.
  • Pengetahuan (30%): meliputi pemahaman tentang organisasi dan metode penanggulangan masalah gizi.
  • Keterampilan (40%): kemampuan melakukan kajian, evaluasi, dan pelaksanaan intervensi.
  • Sosiometri (10%): penilaian antar sesama peserta.

Harapan dari PKL Gizi

Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran holistik bagi mahasiswa dalam memahami peran penting gizi di tengah masyarakat. Melalui pengalaman langsung di lapangan, mahasiswa tidak hanya mempelajari teori, tetapi juga melihat bagaimana teori tersebut diterapkan dalam kehidupan nyata.

PKL ini bertujuan membentuk tenaga ahli gizi yang tidak hanya kompeten secara akademik, tetapi juga tanggap terhadap dinamika permasalahan gizi masyarakat. Dengan terlibat langsung dalam pengelolaan program di puskesmas, mahasiswa diharapkan mampu:

  • Memahami masalah gizi yang kompleks: seperti gizi buruk pada balita, KEK pada ibu hamil, hingga anemia pada anak sekolah.
  • Mengembangkan solusi inovatif: berdasarkan situasi dan kebutuhan lokal masyarakat di wilayah kerja puskesmas.
  • Meningkatkan kemampuan manajemen: baik dalam perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi program gizi.
  • Membangun komunikasi dan kerja sama yang baik: dengan tenaga kesehatan lain, masyarakat, dan lintas sektor terkait.

Lebih jauh lagi, program ini juga diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai profesionalisme, tanggung jawab, serta komitmen mahasiswa dalam mendukung upaya peningkatan status gizi masyarakat. Pengalaman ini menjadi modal utama bagi mahasiswa untuk menjadi tenaga gizi yang adaptif, inovatif, dan memiliki empati tinggi terhadap masyarakat yang dilayani.

Dengan kontribusi yang diberikan melalui program PKL ini, diharapkan tidak hanya mahasiswa yang mendapatkan manfaat, tetapi juga masyarakat setempat yang merasakan dampak positif dari intervensi gizi yang dilakukan. Program ini menjadi langkah awal dalam mencetak generasi ahli gizi yang mampu menjawab tantangan kesehatan masyarakat di masa depan.