Isu Gizi yang Kemungkinan Muncul di Tahun 2025: Tantangan, Pelatihan, dan Kompetensi yang Diperlukan Mahasiswa Gizi

Oleh : Manjilala, S.Gz, M.Gizi

Pada tahun 2025, dunia gizi diperkirakan akan menghadapi sejumlah isu baru yang kompleks. Tidak hanya tantangan dari sisi masalah gizi, seperti malnutrisi ganda, obesitas, dan stunting, tetapi juga perubahan dalam model pendidikan dan pendekatan intervensi gizi. Untuk itu, mahasiswa gizi dan dosen perlu mempersiapkan diri dengan menguasai berbagai kompetensi dan keterampilan yang relevan dengan perkembangan tren kesehatan global. Artikel ini akan membahas beberapa isu gizi yang kemungkinan akan muncul pada tahun 2025 dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh mahasiswa gizi, serta model edukasi yang harus diterapkan dalam menghadapi tantangan tersebut.

1. Model Edukasi Komunikasi Antar Pribadi (KAP) sebagai Kunci Intervensi Gizi

Mengapa Penting di 2025?
Komunikasi antar pribadi (KAP) telah terbukti menjadi alat yang efektif dalam mengubah perilaku masyarakat, khususnya dalam konteks gizi. Di masa depan, pengaruh komunikasi yang efektif dalam menyampaikan pesan gizi kepada individu, keluarga, dan masyarakat akan semakin penting. Terutama dengan meningkatnya ketergantungan pada informasi digital, namun pada saat yang sama, masih banyak masyarakat yang lebih mudah terpengaruh oleh komunikasi langsung dari petugas gizi.

Keterampilan yang Diperlukan oleh Mahasiswa Gizi:

  • Keterampilan Mendengarkan dan Empati: Mahasiswa gizi perlu dilatih untuk lebih mendalam dalam mengembangkan keterampilan mendengarkan aktif dan empati. Kemampuan ini penting untuk membangun hubungan yang baik dengan individu dan keluarga dalam konteks penyuluhan gizi.
  • Penyampaian Pesan dengan Teknik Persuasif: Mengajarkan mahasiswa bagaimana menggunakan teknik komunikasi yang efektif, seperti membangun trust dan motivasi, untuk merubah perilaku gizi yang salah.
  • Menggunakan Media Digital dalam Komunikasi: Meskipun komunikasi langsung penting, di tahun 2025, kemampuan untuk mengkomunikasikan pesan gizi melalui media digital, seperti video edukasi atau platform berbasis aplikasi, akan menjadi bagian dari keahlian yang harus dikuasai.

Strategi Dosen:

  • Simulasi Komunikasi KAP: Dosen dapat memberikan simulasi praktis tentang bagaimana melakukan komunikasi antar pribadi dengan klien, baik dalam situasi tatap muka maupun melalui media digital.
  • Pelatihan Penggunaan Teknologi dalam Penyuluhan: Memperkenalkan penggunaan alat digital, aplikasi edukasi, dan media sosial dalam penyuluhan gizi sebagai bagian dari strategi komunikasi di masa depan.

2. Penyuluhan dan Intervensi dengan Multiple Micronutrient Supplementation (MMS)

Mengapa MMS Penting di 2025?
Multiple Micronutrient Supplementation (MMS) telah dikenal sebagai salah satu intervensi yang efektif dalam mencegah defisiensi mikronutrien pada ibu hamil dan balita. Mengingat tren peningkatan kasus kekurangan gizi mikronutrien di berbagai belahan dunia, MMS diharapkan akan terus menjadi topik utama dalam intervensi gizi pada tahun 2025. Program ini tidak hanya penting untuk ibu hamil dan balita, tetapi juga untuk meningkatkan status gizi pada anak-anak dan kelompok berisiko lainnya.

Keterampilan yang Diperlukan oleh Mahasiswa Gizi:

  • Pemahaman tentang Mikronutrien dan Kebutuhannya: Mahasiswa harus menguasai pengetahuan tentang kebutuhan mikronutrien yang optimal, terutama pada kelompok rentan seperti ibu hamil, balita, dan lansia.
  • Edukasi tentang Manfaat MMS: Mahasiswa perlu belajar bagaimana mengkomunikasikan manfaat MMS kepada masyarakat dengan cara yang mudah dipahami, baik dalam bentuk informasi tertulis maupun lisan.
  • Pelaksanaan Program MMS: Mahasiswa perlu terampil dalam merancang, melaksanakan, dan memantau program suplementasi gizi berbasis MMS, baik di tingkat Puskesmas, rumah sakit, atau dalam setting komunitas.

Strategi Dosen:

  • Praktik Penyuluhan MMS: Dosen dapat melatih mahasiswa dengan simulasi penyuluhan terkait MMS, termasuk pemberian suplemen yang tepat kepada individu serta pemantauan dan evaluasi program MMS.
  • Pelatihan Manajemen Program MMS: Dosen perlu mengajarkan keterampilan dalam merancang dan mengelola program MMS di lapangan, yang meliputi distribusi, edukasi, dan pemantauan efektivitasnya.

3. Pelatihan Keterampilan Praktis yang Perlu Dikuasai Mahasiswa Gizi

Seiring dengan perkembangan dunia gizi, mahasiswa gizi juga perlu dilatih dalam berbagai keterampilan praktis yang lebih aplikatif di lapangan. Beberapa pelatihan yang perlu diberikan kepada mahasiswa gizi meliputi:

  • Pelatihan Konseling Menyusui: Mengingat pentingnya ASI dalam periode 1000 hari pertama kehidupan, mahasiswa gizi perlu dilatih untuk melakukan konseling kepada ibu menyusui, memberikan informasi yang benar tentang manfaat ASI, dan cara-cara meningkatkan produksi ASI.
  • Pelatihan PMBA (Penyuluhan Makanan Berbasis Anak): Mahasiswa harus menguasai teknik penyuluhan yang berbasis pada kebutuhan gizi anak, dengan memperhatikan pola makan yang tepat untuk tumbuh kembang anak, mengingat tingginya angka stunting di Indonesia.
  • 25 Kompetensi Kader Posyandu: Mahasiswa gizi perlu memahami dan terlibat langsung dalam melatih kader posyandu di desa atau kelurahan. Kader posyandu adalah ujung tombak dalam penyuluhan gizi di masyarakat, sehingga mahasiswa harus menguasai kompetensi dasar yang diperlukan untuk melatih mereka dengan baik.

Strategi Dosen:

  • Workshop dan Pelatihan Praktis: Dosen harus mengadakan workshop atau pelatihan untuk mahasiswa agar mereka dapat langsung terlibat dalam penyuluhan, konseling, atau pelatihan lainnya yang berkaitan dengan isu gizi saat ini.
  • Kolaborasi dengan Posyandu dan Fasilitas Kesehatan: Dosen dapat mendorong mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan lapangan yang melibatkan kader posyandu, rumah sakit, atau puskesmas untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam menghadapi isu gizi.

4. Penekanan pada Pendidikan Gizi Berbasis Komunitas

Mengapa Penting di 2025?
Pendidikan gizi berbasis komunitas akan menjadi bagian penting dalam upaya mengatasi masalah gizi di masa depan. Dengan semakin berkembangnya media sosial dan kemudahan akses informasi, pendidikan gizi tidak lagi terbatas pada ruang kelas atau seminar formal, tetapi juga melalui komunitas dan platform digital.

Keterampilan yang Diperlukan oleh Mahasiswa Gizi:

  • Penggunaan Media Sosial untuk Edukasi Gizi: Mahasiswa harus dapat memanfaatkan platform digital dan media sosial untuk menyebarkan informasi gizi yang benar, dengan cara yang menarik dan mudah diakses.
  • Pelibatan Komunitas dalam Program Gizi: Mahasiswa perlu dilatih untuk mengorganisir program edukasi berbasis komunitas yang melibatkan masyarakat secara langsung dalam peningkatan status gizi.

Strategi Dosen:

  • Pendidikan dan Pembelajaran Berbasis Komunitas: Dosen dapat menyusun program pembelajaran yang menggabungkan teori dengan praktik langsung di lapangan melalui program berbasis komunitas.

Menghadapi tahun 2025, dunia gizi akan semakin kompleks dengan berbagai isu yang muncul, mulai dari malnutrisi ganda hingga dampak perubahan iklim terhadap ketahanan pangan. Oleh karena itu, mahasiswa gizi harus mempersiapkan diri dengan menguasai berbagai keterampilan praktis dan teoretis yang relevan dengan perkembangan isu-isu gizi tersebut. Dosen memiliki peran penting dalam membekali mahasiswa dengan kompetensi yang diperlukan untuk menjadi tenaga ahli gizi yang siap menghadapi tantangan dan berperan aktif dalam mengatasi masalah gizi di masyarakat.